IDENTIFIKASI DULU, BARU EKSEKUSI

IDENTIFIKASI DULU, BARU EKSEKUSI
M. Rofi Yunus, S.Kom
Afiliasi (Guru Penggrak Angkatan 1, SMP Negeri 23 Pekanbaru, Jalan Garuda Sakti km. 3 Panam) 

  1. PENDAHULUAN

 

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan bagian integral dari Kurikulum Merdeka, yang bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik melalui pendekatan holistik dan kontekstual. Di SMP Negeri 23 Pekanbaru, pelaksanaan P5 memanfaatkan berbagai aset sekolah, seperti sarana prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan (PTK), serta lingkungan sekitar. Pelaksanaan proyek ini diorganisir melalui empat tahap: identifikasi, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, yang diterapkan dalam siklus inkuiri untuk memastikan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik dan relevan dengan kehidupan nyata.

Tahap pertama, identifikasi, dimulai dengan menilai potensi dan tantangan yang ada didalam dan diluar sekolah. Sekolah mengevaluasi fasilitas satuan Pendidikan untuk menentukan bagaimana sarana tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dalam mendukung kegiatan P5. Selain itu, karakteristik PTK dan keahliannya juga dianalisis untuk memastikan setiap guru dapat memberikan kontribusi maksimal sesuai kompetensinya. Identifikasi ini juga mencakup eksplorasi lingkungan sekitar sekolah untuk menemukan sumber belajar yang bermakna dan kontekstual bagi peserta didik.

Setelah identifikasi, tahap perencanaan dilakukan. Pada tahap ini, sekolah menyusun rencana pelaksanaan P5 yang mencakup mengapa projek ini penting, penetapan tujuan, pemilihan tema, topik, materi, metode pembelajaran, dan strategi asesmen dan evaluasi. Rencana tersebut disusun dengan mempertimbangkan kebutuhan dan minat peserta didik, serta potensi yang ada di lingkungan sekolah. Minat ini dilihat secara umum dan realistis sehingga guru dan peserta didik sama-sama dapat melaksanakan kegiatan dengan riang gembira. Penggunaan sarana prasarana, seperti ruang kelas yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang inovatif. Rencana ini juga menetapkan peran PTK secara detail, sehingga setiap guru terlibat aktif dalam kegiatan yang diadakan. Sebagai penggerak komunitas baik dalam satuan Pendidikan maupun diluar satuan Pendidikan, saya berperan aktif dalam membangun komunikasi dan mengajak rekan guru dalam memahami dan menyukseskan tujuan dari kurikulum merdeka dengan membentuk komunitas dan melaksanakan kegiatan pelatihan, seminar serta berbagi praktik baik dalam implementasi kurikulum merdeka. Praktik baik yang dilakukan juga melibatkan beberapa komunitas yang ada dalam satu daerah serta luar daerah. Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara daring dengan menggunakan fasilitas PMM yang telah disediakan oleh kementerian Pendidikan dan kebudayaan riset dan teknologi. Salah satunya dalam penyusunan modul dan materi projek penguatan profil pelajar Pancasila. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan rasa percaya diri dan semangat bagi para guru agar tetap fokus pada tujuan pembelajaran pada mata pelajaran masing-masing serta penerapan pembelajaran intrakurikuluer. Kegiatan dilaksanakan secara rutin setidaknya  dua kali dalam sebulan. Implementasi dari kegiatan komunitas ini akan diubahsuaikan dengan kebutuhan guru dilapangan saat mengajar ataupun mempraktikan lansung dari materi yang telah diberikan. Selain itu, sekolah merencanakan keterlibatan masyarakat dan lingkungan sekitar melalui kolaborasi dengan instansi lokal dan organisasi masyarakat, untuk memperkaya pengalaman belajar peserta didik.

 

Gambar 1. kegiatan kombel

Tahap ketiga, pelaksanaan, adalah tahap dimana rencana yang telah disusun diimplementasikan. Peserta didik diajak untuk aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan, seperti proyek berbasis komunitas. Pemanfaatan aset sekolah, seperti area hijau dan sebagainya, dioptimalkan untuk menciptakan pengalaman belajar yang nyata dan bermakna. PTK berfungsi sebagai fasilitator, mendampingi peserta didik dalam proses eksplorasi dan penemuan dengan menggunakan pendekatan siklus inkuiri. Siklus ini mencakup langkah-langkah bertanya, menyelidiki, menginterpretasikan, dan mengomunikasikan hasil, yang membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.

Tahap terakhir adalah evaluasi, yang melibatkan penilaian terhadap hasil dan proses pelaksanaan P5. Evaluasi ini mencakup penilaian pencapaian tujuan pembelajaran, efektivitas metode yang digunakan, serta pemanfaatan sarana prasarana dan peran PTK. Evaluasi dilakukan secara berkala dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa setiap komponen proyek berjalan sesuai rencana dan memungkinkan adanya adaptasi atau perbaikan yang diperlukan. Hasil evaluasi ini kemudian menjadi dasar untuk perbaikan dan pengembangan lebih lanjut, sehingga pelaksanaan P5 di SMP Negeri 23 Pekanbaru dapat terus ditingkatkan dimasa depan. Dengan pendekatan ini, SMP Negeri 23 Pekanbaru berusaha untuk mengintegrasikan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, membantu mereka menjadi individu yang berkarakter, bertanggung jawab, dan siap menghadapi tantangan global 

  1. AKSI NYATA

Sejak awal pelaksanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di SMP Negeri 23 Pekanbaru, sekolah menghadapi berbagai miskonsepsi. Beberapa guru dan peserta didik keliru menganggap P5 sebagai pelajaran tambahan yang tidak wajib atau sekadar tugas untuk guru pendidikan kewarganegaraan (PKn) atau guru Pendidikan agama dan budi pekerti. Ada pula yang mengira bahwa P5 hanyalah kegiatan ekstrakurikuler yang tidak penting, sehingga kurang memperhatikan pelaksanaannya. Serta ada yang beranggapan bawah pelaksanaan P5 ini terintegrasi dalam matapelajaran, sehingga diajarkan sesuai dengan jadwal matapelajaran diajarkan dalam kelas, bahkan ada juga yang menganggap P5 sebagai pembelajaran berbasis projek, setiap tema dan topik yang dibahas akan menghasilkan produk yang telah ditentukan oleh guru atau buku panduan. Kesalahpahaman ini menyebabkan implementasi awal P5 tidak berjalan dengan lancar, ditandai dengan tingkat keterlibatan yang bervariasi diantara guru dan peserta didik. Masalah ini juga terganggu oleh keterbatasan sarana dan prasarana yang tidak memadai serta kurangnya panduan yang semakin menambah kompleksitas situasi. Selain itu, kurangnya pemahaman dasar terhadap P5 membuat kegiatan ini tampak hanya berfokus pada hasil akhir berupa produk, mengabaikan esensi utama dari pembelajaran intrakurikuler yang ingin dicapai dalam implementasi Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan. Meskipun demikian, tekad sekolah untuk membangun karakter peserta didik tidak pernah surut. Mereka terus berusaha menjelaskan pentingnya P5 sebagai bagian integral dari pembentukan karakter, bukan hanya sebagai tugas tambahan atau ekstrakurikuler. Upaya ini termasuk mengadakan sosialisasi dan pelatihan bagi seluruh warga sekolah untuk memahami tujuan dan manfaat P5, sehingga bisa diimplementasikan dengan baik sesuai dengan semangat Kurikulum Merdeka.

Untuk mengatasi hambatan ini, SMP Negeri 23 Pekanbaru segera menyusun strategi melalui penyelenggaraan berbagai workshop dan pelatihan bagi seluruh Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK). Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mendalam mengenai Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) serta mengajarkan cara mengintegrasikannya dalam kegiatan belajar-mengajar sehari-hari. Selama sesi pelatihan, para guru diberikan ruang untuk berdiskusi, bertukar pikiran, dan berbagi ide-ide kreatif yang relevan dengan penerapan P5. Selain itu, pelatihan ini diadakan dalam komunitas satuan pendidikan yang didukung oleh banyak referensi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui platform merdeka mengajar (PMM). Hal ini memberikan pemahaman baru bagi guru dan seluruh warga sekolah dalam menerapkan pembelajaran intrakurikuler berbasis siklus inkuiri. Atmosfer kolaboratif yang terbentuk selama workshop dan pelatihan ini mendorong terciptanya inovasi dan pemikiran baru di kalangan PTK, membuka jalan bagi guru dalam menciptakan pendekatan-pendekatan yang lebih kreatif dan efektif. Dengan adanya dukungan dari PMM, para guru mendapatkan akses terhadap sumber daya dan referensi yang kaya, sehingga memudahkan mereka untuk memahami konsep P5 dan bagaimana mengimplementasikannya dengan lebih baik. Perlahan-lahan, kesalahpahaman mengenai P5 mulai terkikis, dan pemahaman yang lebih baik mengenai peran penting P5 dalam kurikulum baru mulai terbentuk. Upaya ini membantu menciptakan kesadaran akan pentingnya P5 sebagai elemen kunci dalam pembentukan karakter peserta didik dan sebagai landasan bagi pendidikan yang lebih holistik dan relevan dengan kehidupan nyata.

Gambar 3. Kunjungan walikota pekanbaru

 

Sekolah juga berusaha memanfaatkan berbagai aset yang dimiliki, seperti laboratorium, perpustakaan, ruang multimedia, dan area hijau untuk mendukung pelaksanaan P5. Setiap PTK diberikan peran yang jelas dan spesifik sesuai dengan keahlian masing-masing, sehingga semua dapat berkontribusi secara maksimal. Dalam perencanaan proyek, sekolah juga menjalin kerja sama dengan instansi lokal dan organisasi masyarakat setempat untuk memberikan konteks nyata bagi proyek-proyek yang dilaksanakan. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk melihat langsung relevansi antara materi yang dipelajari di sekolah dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Ketika proyek-proyek P5 mulai dilaksanakan, antusiasme dikalangan peserta didik dan guru mulai meningkat. Peserta didik diberi kesempatan untuk terlibat aktif dalam berbagai kegiatan yang relevan dengan kehidupan nyata mereka, seperti proyek pengelolaan sampah organik dan anorganik. Proyek-proyek ini tidak hanya memperkaya pengetahuan peserta didik tetapi juga mengembangkan keterampilan praktis, seperti keterampilan komunikasi dan kolaborasi, serta meningkatkan kesadaran mereka terhadap isu-isu sosial dan lingkungan. Selain itu pada tema suara demokrasi peserta didik diajak untuk dapat mengenal sistem demokrasi dan tahapan dalam pemilihan ketua osis serta tahapan sanggahan dan mengadakan siding sangketa terhadap hasil pemilihan. Salah satu pencapaian signifikan adalah ketika sebuah proyek peserta didik yang menjadi icon sekolah dengan produk ecobrik, inovasi ini telah banyak mejadi rujukan bagi sekolah lain dalam menyulap sampah agar dapat bernilai ekonomis baik dari dalam kota maupun dari luar daerah. Pengakuan ini tidak hanya membangkitkan rasa bangga dikalangan peserta didik, guru, dan orang tua, tetapi juga menunjukkan dampak positif dari implementasi P5 yang efektif.

Gambar 4. Salah satu kegiatan P5 (suara demokrasi)

 

Namun, di tengah keberhasilan ini, muncul juga tantangan etis yang tidak terduga. Beberapa orang tua dan pihak luar merasa khawatir bahwa proyek ecobrik mungkin mengeksploitasi peserta didik sebagai tenaga kerja, meskipun kenyataannya, proyek ini didesain untuk pendidikan dan pengembangan keterampilan peserta didik. Kekhawatiran ini menyoroti pentingnya pengawasan yang ketat dan komunikasi yang transparan dalam menjalankan P5. Sekolah segera merespons kekhawatiran ini dengan memperkuat pendidikan karakter dalam setiap aktivitas P5. Langkah-langkah tambahan diambil untuk memastikan bahwa setiap kegiatan dilakukan dengan panduan yang jelas dan pengawasan yang cukup, sehingga tidak ada kesalahpahaman tentang tujuan edukatif dari proyek ini.

Sebagai tindak lanjut dari upaya untuk meningkatkan efektivitas Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), SMP Negeri 23 Pekanbaru telah mengambil langkah-langkah signifikan untuk memperkuat transparansi dalam pelaksanaan proyek-proyek tersebut. Sekolah secara aktif melibatkan orang tua dan komunitas dalam proses diskusi terkait tujuan, metode, dan hasil yang diharapkan dari program P5. Keterlibatan ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi kekhawatiran yang mungkin timbul, tetapi juga untuk meningkatkan dukungan dari pihak orang tua dan masyarakat luas. Sekolah menyadari bahwa dukungan orang tua dan masyarakat merupakan kunci keberhasilan implementasi P5. Oleh karena itu, berbagai forum komunikasi dan pertemuan rutin diadakan untuk memastikan bahwa semua pihak mendapatkan informasi yang jelas dan akurat mengenai proyek-proyek yang dilaksanakan. Selain itu, sekolah juga memperkenalkan mekanisme umpan balik yang lebih sistematis, memungkinkan semua pihak—baik peserta didik, guru, maupun orang tua—untuk memberikan masukan yang konstruktif. Mekanisme ini dirancang untuk menampung saran, kritik, dan rekomendasi yang bermanfaat untuk perbaikan berkelanjutan. Dengan pendekatan ini, SMP Negeri 23 Pekanbaru tidak hanya berhasil meminimalisir kekhawatiran etis yang mungkin muncul, tetapi juga memperkuat kerja sama antara peserta didik, guru, dan masyarakat. Transparansi dan keterlibatan ini memperkuat komitmen bersama dalam mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas, memastikan bahwa P5 dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan memberikan dampak positif yang signifikan bagi semua pihak yang terlibat.

Secara keseluruhan, pengalaman SMP Negeri 23 Pekanbaru dalam melaksanakan P5 menegaskan pentingnya komunikasi yang efektif, pemahaman yang jelas, dan pengawasan yang ketat dalam mengimplementasikan program pendidikan yang inovatif. Meski dihadapkan pada berbagai tantangan, sekolah berhasil mengubahnya menjadi peluang untuk pembelajaran dan pengembangan yang lebih baik. Keberhasilan ini menjadi contoh nyata bahwa dengan pendekatan yang tepat, pendidikan karakter dan pembelajaran berbasis proyek dapat diintegrasikan dengan baik untuk menghasilkan peserta didik yang berkarakter, kritis, kreatif, dan berdaya saing tinggi. Dengan terus mengevaluasi dan mengembangkan praktik terbaik, sekolah berharap untuk terus memperkuat pelaksanaan P5, memberikan dampak positif yang semakin luas bagi peserta didik dan komunitas sekolah di masa depan.

  1. PENUTUP

SMP Negeri 23 Pekanbaru menjalani perjalanan penuh dinamika dalam melaksanakan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Sejak awal, sekolah menghadapi berbagai miskonsepsi terkait P5, seperti anggapan bahwa proyek ini hanyalah pelajaran tambahan atau ekstrakurikuler yang tidak penting. Selain itu, keterbatasan sarana dan panduan juga menjadi tantangan, mengakibatkan implementasi awal P5 tidak berjalan lancar dengan keterlibatan yang bervariasi di kalangan guru dan peserta didik. Namun, ketidakpahaman ini tidak menyurutkan tekad sekolah untuk membangun karakter peserta didik.

Untuk mengatasi hambatan tersebut, SMP Negeri 23 Pekanbaru menyusun strategi melalui penyelenggaraan berbagai workshop dan pelatihan bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK). Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenai P5 dan cara mengintegrasikannya dalam pembelajaran sehari-hari. Dalam sesi pelatihan, guru-guru diberi kesempatan untuk berdiskusi, bertukar ide, dan berbagi kreativitas yang relevan dengan penerapan P5. Dukungan dari platform Merdeka Mengajar (PMM) membantu menciptakan atmosfer kolaboratif yang mendorong inovasi di kalangan PTK.

Berkat dukungan dan kerjasama tim, SMP Negeri 23 Pekanbaru sudah dapat menyusun beberapa modul projek dengan melihat referensi dari PMM dan salah satunya sudah menjadi rujukan bagi sekolah lain dalam kegiatan berbagi praktik baik dengan tema gaya hidup berkelanjutan pada topik sampahku tanggung jawabku. Keterlibatan aktif peserta didik dalam proyek nyata seperti pengelolaan sampah organik dan produksi ecobrik tidak hanya memperkaya pengetahuan dan keterampilan mereka, tetapi juga meningkatkan kesadaran sosial dan lingkungan. Dengan upaya tersebut, SMP Negeri 23 Pekanbaru berhasil mengubah tantangan menjadi peluang, memperkuat pelaksanaan P5, dan menunjukkan dampak positif dari pendidikan karakter yang efektif dalam kehidupan sehari-hari.

 DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2022). Kurikulum Merdeka: Panduan Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2022). Panduan Pelaksanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

SMP Negeri 23 Pekanbaru. (2024). Laporan Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Pekanbaru: SMP Negeri 23 Pekanbaru.

Merdeka Mengajar. (2023). Modul Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan: Integrasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam Pembelajaran. Jakarta: Merdeka Mengajar.

Hendrik, S. (2021). Implementasi Kurikulum Merdeka dan Penguatan Karakter Peserta Didik di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan, 15(2), 45-59.

Fitriani, L. & Anwar, A. (2022). Manajemen Proyek Pendidikan: Studi Kasus Implementasi P5 di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Manajemen Pendidikan, 10(1), 75-90.

Amin, M. (2023). Inovasi Pembelajaran Berbasis Proyek: Pendekatan Holistik dalam Kurikulum Merdeka. Yogyakarta: Penerbit Edukasi.

admin Avatar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *